JAKARTA (Ekbistangsel) - Kuku kekuasaan yang sudah ditancapkan sejak 28 Agustus 2014, sulit menumbangkan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Hasil putaran kedua pemilihan presiden Turki 2023 menegaskan dia untuk kembali berkuasa.
Perdana Menteri Turki pada 14 Maret 2003 – 28 Agustus 2014 itu, kali ini mengalahkan penantangnya Kemal Kilicdaroglu. Erdogan menang 52,1%, sedangkan Kemal Kilicdaroglu 47,9%. Demikian mengutip laporan Anadolu Agency, agensi berita yang dijalankan oleh negara dan bermarkas besar di Ankara, Turki.
Baca Juga: PILPRES TURKI 2023: Recep Tayyip Erdogan Klaim Kemenangan
Kemenangan ini juga menegaskan Presiden Erdoğan untuk melanjutkan masa jabatan ketiganya. Ucapan selamat mengalir dari para pemimpin dunia. Presiden Azerbaijan Aliyev mengundang Erdoğan untuk berkunjung, sementara Emir Qatar menekankan hubungan yang kuat.
Perdana Menteri Pakistan memuji Erdoğan sebagai suara bagi umat Islam yang tertindas. Perdana Menteri Hungaria Orban dan Presiden Iran Raisi juga mengirimkan ucapan selamat. Presiden Dewan Eropa Michel dan Presiden Komisi Eropa von der Leyen menekankan pentingnya memperdalam hubungan UE-Turki.
Baca Juga: PEMILU TURKI: Survei Memperlihatkan Erdogan Unggul
Presiden Vladimir Putin dari Rusia dan Presiden Zelenskyy dari Ukraina mengungkapkan harapan untuk kerja sama keamanan dan stabilitas dalam pesannya. Perdana Menteri Armenia Pashinyan menantikan normalisasi hubungan. Presiden Biden menyampaikan ucapan selamatnya, mengungkapkan keinginannya untuk terus bekerja sama sebagai Sekutu NATO dalam masalah bilateral dan berbagi tantangan global.
Presiden Recep Tayyip Erdogan memperpanjang dua dekade kekuasaannya dalam pemilu pada hari Minggu, memenangkan mandat untuk mengejar kebijakan yang semakin otoriter yang telah mempolarisasi Turki dan memperkuat posisinya sebagai kekuatan militer regional. Penantangnya, Kemal Kilicdaroglu, menyebutnya sebagai "pemilihan yang paling tidak adil dalam beberapa tahun" tetapi tidak membantah hasilnya. Hasil resmi menunjukkan Kilicdaroglu memenangkan 47,9% suara, sedangkan Erdogan 52,1%, menunjuk ke negara yang terpecah belah.
